Menanamkan Kecerdasan Budi Pekerti Murid Berdasarkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Mengapa Kecerdasan Budi Pekerti Itu Penting?
Suatu hari, Ibu Handa mendaftarkan Wuri dan dua temannya mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SMP. Wuri merasa paling pintar dan mengabaikan diskusi tim. Akibatnya, tim mereka kalah. Ketika ditanya, Wuri menyalahkan teman-temannya dan menganggap diskusi tidak perlu. Dari peristiwa itu, Ibu Handa menyadari bahwa ia terlalu fokus pada materi, namun lalai menanamkan nilai seperti rendah hati dan kerja sama.
Pertanyaannya: apakah kecakapan kognitif cukup? Jawabannya tentu tidak. Murid memerlukan tuntunan budi pekerti agar bisa menjadi pribadi berkarakter.
Apa Itu Budi Pekerti Menurut Ki Hajar Dewantara?
Budi pekerti adalah perpaduan antara cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kehendak) yang menghasilkan watak manusia. Ki Hajar menyebutnya sebagai "kebulatan jiwa", yang menjadi dasar dalam menilai karakter seseorang.
Contohnya, murid dengan budi pekerti jujur tidak akan berbohong dan bahkan merasa gelisah jika melihat ketidakjujuran. Artinya, ada kognisi (tahu), afeksi (merasakan), dan psikomotorik (bertindak) yang terintegrasi.
Bagaimana Budi Pekerti Terbentuk?
Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Sekolah melanjutkan proses ini sebagai tempat pelatihan karakter yang disertai teladan dari pendidik.
Sebagai pendidik, kita tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menuntun dan mendampingi proses pertumbuhan watak murid.
Peran Pendidik dalam Menumbuhkan Budi Pekerti
Murid dengan kecerdasan budi pekerti akan mempertimbangkan setiap tindakan secara sadar. Misalnya:
- Murid yang belum bisa membaca, menulis, atau berhitung, dapat dibantu dengan pendekatan yang sesuai agar menyadari pentingnya keterampilan dasar ini.
- Murid yang pemalu dan enggan berpendapat, bisa dibimbing untuk menggali keberanian dan memahami mengapa menyampaikan pendapat itu penting.
Dengan pendekatan yang mengasah cipta, rasa, dan karsa, guru dapat membantu murid tumbuh menjadi individu yang merdeka, berakal budi, dan berkarakter kuat.
Kesimpulan: Pendidikan Karakter untuk Indonesia Emas
Pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan moral. Menurut Ki Hajar Dewantara, tugas kita sebagai guru adalah menuntun tumbuhnya kodrat anak, bukan memaksanya menjadi sesuatu yang di luar jati dirinya.
Gabung dalam percakapan