Memahami Metode Asesmen dalam Pembelajaran: Diagnostik, Formatif, dan Sumatif
Hai hai, halo halo Ibu dan Bapak Guru Hebat! Salam dan bahagia! Pada video sebelumnya, Ibu dan Bapak telah mempelajari tentang assessment for dan of learning. Sekarang, mari kita pahami lebih dalam lagi mengenai metode asesmen dalam pembelajaran, yang merupakan bagian penting dari proses pendidikan dalam paradigma baru.
Cerita Bastian dan Xince: Pentingnya Menyesuaikan Asesmen
Bayangkan ada dua murid kelas 5, Bastian dan Xince. Keduanya mempelajari topik yang sama, yakni puisi. Saat ujian akhir tertulis, nilai Bastian lebih rendah dibandingkan Xince. Namun, ketika diminta membuat puisi, hasil karya Bastian justru lebih unggul.
Dari cerita ini, kita belajar bahwa asesmen tidak bisa hanya terpaku pada hasil akhir atau ujian tertulis. Guru perlu menyikapi perbedaan ini dengan melakukan asesmen yang adil, proporsional, valid, dan reliable, serta disesuaikan dengan kompetensi dan tujuan belajar murid.
Paradigma Baru: Asesmen yang Berorientasi pada Proses
Dalam paradigma pembelajaran baru, guru diharapkan tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga memperhatikan proses belajar murid secara menyeluruh. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan asesmen yang bisa diterapkan sesuai kebutuhan:
-
Asesmen Diagnostik Dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal dan kebutuhan murid. Ini membantu guru merancang strategi belajar yang sesuai.
-
Asesmen Formatif Terintegrasi dalam proses pembelajaran untuk memantau perkembangan murid secara berkala. Bisa melalui:
Penilaian diri (self-assessment)
Penilaian antarteman (peer assessment)
Refleksi metakognitif
- Asesmen Sumatif Dilaksanakan pada akhir pembelajaran untuk menilai capaian akhir. Penting untuk melihat hasil belajar secara keseluruhan.
Teknik Asesmen yang Bisa Digunakan
Dalam ketiga pendekatan tersebut, guru bisa menggunakan tiga teknik asesmen utama, yaitu:
- Teknik Observasi
Guru mengamati perilaku dan perkembangan murid secara berkala, baik secara individu maupun kelompok. Contoh: mengamati peningkatan kepercayaan diri murid saat berbicara bahasa Inggris selama sebulan.
- Teknik Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
Asesmen ini bisa berupa praktik (presentasi, pidato, gerakan olahraga), produk (karangan, puisi, brosur), proyek, atau portofolio. Murid diberi keleluasaan menunjukkan bukti kemajuan belajarnya.
- Tes Tertulis atau Lisan
Tes ini mengukur pengetahuan murid. Selain hafalan, tes juga bisa dirancang untuk menguji pemahaman, refleksi konsep, dan kaitan dengan kehidupan nyata, misalnya lewat studi kasus.
Instrumen Asesmen yang Dapat Digunakan
Agar asesmen lebih bermakna dan sistematis, berikut adalah empat instrumen asesmen yang bisa digunakan:
-
Rubrik Penilaian Panduan menilai capaian murid dengan indikator, kategori capaian, dan kriteria yang jelas.
-
Checklist (Daftar Periksa) Daftar ciri-ciri atau elemen yang dituju, misalnya untuk menilai storytelling.
-
Catatan Anekdotal Catatan singkat hasil observasi perilaku atau performa murid, disertai konteks kejadian.
-
Lembar Pengamatan (Observation Sheet) Mencatat perkembangan kompetensi murid dalam mata pelajaran tertentu secara sistematis.
Siapa Saja yang Bisa Menjadi Penilai?
Pelaku asesmen tidak harus selalu guru. Murid dapat menilai diri sendiri, teman sekelas, bahkan murid lintas jenjang (misalnya murid kelas 6 menilai murid kelas 4). Selain itu, staf sekolah dan orang tua juga bisa dilibatkan dalam proses penilaian, menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif.
Penutup: Siap Menerapkan Asesmen Bermakna?
Dengan memahami metode asesmen dalam pembelajaran—diagnostik, formatif, dan sumatif—guru kini bisa lebih siap menerapkan asesmen proses belajar yang lebih bermakna, komprehensif, dan berpusat pada murid.
Salam dan bahagia selalu, Ibu dan Bapak Guru Hebat! Sampai jumpa di kelas pembelajaran berikutnya!
Gabung dalam percakapan